08 Agustus 2013

BANI MOEKTI sampai KAPAN..??????? -- by Miswan Hadi

Bani Mukti adalah sebuah nama dari keluarga sepasang suami isteri petani kecil bersahaja H Mukti Mustadjab dan Hj Rupiah yang menikah sekitar tahun 1939. Keluarga ini berasal dari desa Kenduruan kabupaten Tuban, pada masa itu desa Kenduruan termasuk desa kering dan minus, sehingga penduduknya menyandang berbagai keterbatasan. Kondisi yang demikian, berimplikasi pada beban bagi orang tua untuk bisa membuat kelayakan hidup bagi keluraganya yang semakin berat, termasuk keluarga H Mukti Mustajab yang menanggung 7 orang anak putra dan purti. Beban itu semakin terasa berat oleh Ibu Hj Rupiah yang ditinggal wafat suaminya pada saat anak-anaknya masih kecil, bahkan anak terkecil nomor tujuh masih bayi saat itu. Berkat doa tulus sang ibu ditunjang dengan kemauan kerja keras putra-putrinya kemudian setapak demi setapak keluarga ini terus berkembang, dan dari 7 orang anak tersebut sampai dengan tahun 2013 berkembang menjadi 114 orang, dan 42 orang diantaranya berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana dari berbagai disiplin ilmu, yang antara lain meliputi 3 orang Profesor Doktor, 4 orang Doktor, 13 orang master dan 22 orang sarjana.


Keluarga ini berkembang menjadi besar karena dari awal oleh pendahulunya selalu ditumbuhkan rasa kebersamaan, tenggangrasa, saling mengasihi, saling menyayangi, saling memotivasi, saling membantu baik dalam suka maupun duka, saling memberdayakan, dan yang sangat mengesankan adalah selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah dalam bentuk apapun. Sesepuh Bani Mukti pernah berpesan bahwa salah satu cara bersyukur antara lain adalah dengan selalu mengingat asal-usul kita yang berawal dari serba keterbatasan, kalau sekarang berkembang menjadi serba kecukupan itu tidak lain karena campurtangan Allah yang maha rohman dan rohim, tidak semata-mata kepintaran otak kita. Apa yang beliau sampaikan tidak hanya berhenti pada ucapan petuah, tetapi secara nyata beliau contohkan dalam membina keluarga besar ini. Hal-hal praktis dalam bentuk tauladan itulah yang kemudian menjadi pengokoh ikatan kekeluargaan, sehingga sampai saat ini tetap membekas dalam benak kita sebagai warisan berharga yang semestinya terus kita lestarikan.
Tantangan dan otokritikKokohnya ikatan kekeluargaan yang menjadi kebanggaan keluarga ini sangat terasa pada generasi satu dan kedua. Eratnya kekeluargaan pada generasi satu, memang sudah seharusnya kerena mereka masih saudara kandung, kemudian turun pada generasi kedua kekerabatan itu masih terasa cukup erat karena ayah dan ibu mereka mencontohkan selalu berkomunikasi secara baik dengan saudaranya. Selain itu kekerabatan juga diperkuat dengan seringnya interaksi secara langsung diantara mereka, baik dalam even khusus maupun urusan keseharian. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana dengan generasi ketiga, keempat dan selanjutnya, masih bisakah mereka melestarikan kebersamaan dalam ikatan kekeluargaan seperti yang sudah dirintis para pendahulunya????
Perkembangan dalam keluarga Bani Mukti sampai saat ini sudah melahirkan generasi keempat [generasi kesatu (G1): anak, generasi kedua (G2): cucu, generasi ketiga (G3): buyut dan generasi keempat (G4): canggah], tentu masing-masing dihadapkan pada tantangan yang berbeda sesuai dengan masanya. Seiring berjalannya waktu, kekokohan ikatan kekeluargaan akan diuji, masihkah mampu menyatukan rasa kesetiakawanan dalam menghadapi problematika kehidupan diantara sesama anggota keluarga yang semakin melebar.
Meski urusan komunikasi tidak menjadi masalah pada generasi ketiga, tetapi komunikasi hanya mengandalkan perangkat teknologi mempunyai kelemahan dibanding dengan komunikasi yang diselenggarakan secara tatapmuka. Kekuatan ikatan kekeluargaan pada generasi 2 kalau di telusuri sebetulnya berawal dari situasi dan kondisi bahwa mereka pernah disatukan atau dikumpulkan dalam waktu yang relatif panjang sehingga diantara mereka saling mengenal karakter dari masing-masing saudara.  Interaqksi yang inten dan dalam waktu panjang membuat mereka pernah merasa senansib seperjuangan, itulah kemudian yang membentuk ikatan emosional diantara mereka.
Menginjak pada generasi ketiga tautan kekeluargaan terasa tidak seerat generasi kedua, kerenggangan ikatan kekerabatan ini antara lain dapat diukur dari tingkat keakraban diantara mereka yang lintas kakek/nenek. Mengapa demikian?  Iya, mereka sangat jarang bisa berinteraksi secara langsung, karena jarak tempat tinggal dan kesibukan orang tua yang mengakibatkan frekuensi ketemu secara fisik sangat jarang dan kalau bertemupun waktunya sangat singkat, kondisi demikian tidak memungkinkan mereka dapat saling mengenal karakter masing-masing saudaranya yang lintas kakek/nenek.
Komunikasi merupakan bagian penting dari upaya mempertahankan tautan kekeluargaan. Saat ini kemajuan teknologi sangat memudahkan komunikasi karena media komunikasi tersedia cukup banyak dan canggih. Anggota keluarga Bani Mukti sangat menyadari akan hal ini, dan memnafaatkan sebagai media komunikasi untuk saling tukar informasi, kuantitas komunikasi semakin besar karena setiap saat dapat saling berbagi informasi terkini tentang masing-masing anggota. Kondisi seperti ini memang menjadi kelebihan dalam berkomunikasi untuk era sekarang, bagi kita generasi kedua yang telah terbangun hubungan  emosional, hadirnya media komunikasi ini sungguh sangat membantu untuk menyambung komunikasi yang sempat tertatih akibat jarak tinggal dan kesibukan masing-masing.
Dibalik hangatnya kekerabatan dan ramainya komunikasi antar kaeluarga ini ternyata ada pula proses komunikasi yang belum berjalan dengan baik. Kasus pernikahan saudara kita Yoyok pada tanggal 7 April 2013 di Jakarta, permasalahan berawal dari ketidak sepahaman antara Yoyok dengan orang tua dan saudara kandungnya dalam menilai siapa yang tepat menjadi pendamping dalam berumah tangga setelah kegagalan pada pernikahan pertama. Akibat tidak didapatya titik temu terhadap perbedaan pandang diantara mereka, akhirnya pernikahan yang kedua ini harus dijalani oleh Yoyok sendirian. Ternyata permasalahan ini menimbulkan efek yang menimpa pada saudara anggota keluarga besar Bani Mukti yang lain dalam menetapkan sikap antara menghadiri atau tidak menghadiri pernikahan, kedua opsi pilihan menjadi serba salah. Disisi lain, bagi Yoyok, ini cobaan besar yang harus dijalani. Bisa dibayangkan betapa rumit dan pusingnya seseorang yang akan melangsungkan pernikahan untuk dirinya sendiri beserta resepsinya, tetapi segala sesuatunya harus dipersiapkan dan dilakukan seorang diri tanpa dukungan dan bantuan kerabatnya, dan tempatnya di Jakarta lagi.Ikatan emosional yang terbangun antara kita sebagai buah dari kebersamaan sejak masa kecil, merasa tidak nyaman menerima kenyataan yang demikian pelik, mengapa harus ada pengucilan kepada salah seorang anggota keluarga yang sedang menjalankan perbuatan sunah. Haru dan sedih berpadu dalam dada, dan tak terasa telah melelehkan air mata prihatin, mengapa harus terjadi ada anggota Bani Mukti yang kesepian ditengah riuhnya keluarga besarnya ??? 

Optimalkan Pertemuan
Pertemuan tahunan yang disepakati sebagai wadah silaturahmi keluarga besar pada hari kedua lebaran atau setiap tanggal 2 Syawal, sebetulnya merupakan salah satu wahana untuk mereduksi kegalauan kita dalam upaya melestarikan ikatan kekeluargaan Bani Mukti yang kita khawatirkan akan meredup ditelan masa. Agar lebih optimal manfaat dari pertemuan tersebut memang dibutuhkan kreator yang mampu untuk mengemas secara lebih tepat dan menarik untuk semua.  Hal yang perlu dibenahi didalam penyelenggaraan pertemuan tahunan adalah mengupayakan agar tidak hanya serasa sekedar menggugurkan kewajiban bertemu kemudian selesai. Hal-hal yang mestinya kita kondisikan dalam setiap pertemuan dan diluar pertemuan antara lain:

1.    Mengupayakan berlangsungnya saling mengenal atau diperkenalkan diantara mereka, mengenal dalam arti yang sebenarnya
2.    Menciptakan kondisi saling berinteraksi secara aktif dan alami diantara mereka dalam bentuk kegiatan bersama
3.    Menyediakan waktu yang cukup untuk berinteraksi, tidak sekedar formalitas pertemuan rapat
4.    Membudayakan saling membantu dan tolong-menolong antar anggota keluarga dalam berbagai hal baik yang kondisi menyenangkan ataupun kesusahan
5.    Mengembangkan komunikasi antar sesama dengan memanfaatkan semaksimal mungkin media yang ada

3 Tahun Ujian Bani Moekti

Alhamdulillah akhirnya didik bisa menulis kembali, mohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan yang telah kami lakukan semua.

3 Tahun Ujian Bani Moekti disampaikan kepada kita semua dari Allah SWT.  " Semua Yang Bernyawa Pasti Akan Meninggal".

Secara berurutan Mulai dari Pakde Rohman, Pakde Mus , Bulek Mur, Ibu Roes meninggalkan kita semua, ini adalah suatu proses yang harus kita lalui semua, kita semua yang ada pun akan mengalami proses yang sama yaitu kematian, dan semoga Allah SWT menjadikan seluruh keluarga besar ini dipanggil dalam keadaan Khusnul Khotimah ....Suatu rangkain proses yang diidamkan seluruh umat manusia.

Saya secara pribadipun kembali diingatkan oleh Allah SWT terhadap 2 Peristiwa besar Idul Fitri dan Idul Adha -- suatu peristiwa sebagai ujung kemenangan dari tiap hamba di muka bumi, menang dalam penaklukan hawa nafsu saat puasa 1 bulan penuh dan satu lagi proses pengorbanan seorang Hamba terhadap sang Kholiq dimana digambarkan sepasang ayah-anak yang ....dahsyat kerelaaan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Kejadian ini pun membumi dalam diri ini karena saat 2 momentum besar itu kami kehilangan sosok Ayah dan Sosok Ibu ---- Mereka berdua dipanggil Allah SWT saat gema takbir membahana di seluruh pelosok bumi.

Dari ini saya pun kembali teringat sosok perjuangan para pendahulu kita menegakkan syiar agama ini mungkin masih terasa jelas di memori kita semua --- omah wetan rumah pakde kita pakde rohman yang saya anggap sebagai manager handal di Bani Mukti --- disulap bagai mushola saat proses terawih dilakukan.

Di oMah wetan inipulah syiar Qurban disemarakkan oleh beliau --- kita sama menyembelih hewan qurban sebagai manifesto kecintaan kita terhadap syiar yg disampaikan bapak para nabi Ibrahim AS.  kita dididik bersama oleh pakde rohamn utk memiliki sifat berbagi dan rela berqurban -- dan Alhamdulillah syiar ini sekarang masih dilanjutkan di omah Kulon -- rumah Eyang Roest.

2 Momen Penting ini sudah dibadikan oleh pendahulu kita utk kita telaah bersama --- tentang semanagat bersama berjuang demi kita semua.

Budhe Mini dan Budhe Mie saya anggap sebagai pribadi yang handal --- menyuplai kegiatan adik-2 beliau yang merantau di sby dan malang utk juga berjuang beribadah --- utk bersekolah .

Dan semua atas Izin Allah SWT itu bisa kita rasakan sekarang ---- so monggo poro sedulur semua kita bisa berkaca kepada para pendahulu kita semua yg dengan rela berkurban utk saudaranya dan berjuang bersama menjaga keutuhan keluarga ini.

Semoga Allah SWT menetapkan hati kita semua dalam ketetapan menjalan agama ini secara benar. Dan Menjaga hubungan baik keluarga ini.

Mohon maaf ----- cintaku utk semua sedulurku --- bapake "R3" rifqi rifqa riffa

17 Agustus 2011

Tahun 2011 --- Tahun Penuh Ujian

Alhamdulillah akhirnya masih bisa nulis juga. setelah 2010 (sudah nulis tapi gak jadi di share) gak nulis blas di blog milik kita ini.

Tahun ini, kembali lagi keluarga kita menerima banyak cobaan dari Allah SWT, baik cobaan yg membahagiakan dan cobaan yg mengharukan. Salah satu cobaan yg mengharukan adalah kisah dr saudara kita Muwasiq M. Noor yg datang ke RS Dr. Sutomo, tempat dik To (alm)dirawat saat itu, dengan membawa sebotol Madu Murni Merk Pramuka. Saya hanya bisa membayangkan saja bahwa dik wasiq kesana dengan membawa sebotol Madu yg ia janjikan akan dibawa utk Alm dik to yg saat itu masih dirawat di RS Dr. Sutomo. Kemudian mendapati bahwa Alm dik to sudah tidak ada di ruang perawatan dan sudah dibawa ruang jenasah utk segera dibw kembali ke tanah leluhur kita Kenduruan. Kontan saat itu dik wasiq meluncur ke r.jenasah dan ternyata beliau pun ketinggalan, karena Jenasah Dik To saat itu baru saja dinaikkan ambulance utk meluncur ke Kenduruan..tanah leluhur kita.

Semoga Allah SWT memberikan tempat yg terbaik utk saudara kita dik To.

Dari kisah ini mungkin dpt kita ambil hikmah dr ini, bahwa janji memang harus ditepati, dan saya yakin janji dik Muwasiq M Noor utk membawakan Madu utk saudara kita telah ditepati.

Sy jd malu pd diri sendiri, yg sering lupa atas janji yg kita sampaikan.

Bahkan mungkin kita juga kadangkala lupa dengan janji kita saat kita dilahirkan di dunia ini ....
Janji yg Pertama :

"dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Dengan adanya persaksian ini, maka manusia tidak boleh kafir atau syirik kepada Allah. Dan Semoga Keluarga Besar Bani Moekti tetap diberikan Hidayah-Nya utk tidak lupa atas janji yg pernah ia ucapkan saat masih didalam rahim ibu kita.
Persaksian itu kemudian di Ikrarkan kembali dengan Mencucapkan Kalimah Tauhid di dunia yang pada hakekatnya kita mengucapkan kembali persaksian / janji kita sebelumnya.

Janji yg Kedua :
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,"

Dari janji amanat itu maka manusia sesudah lahir ke dunia, dituntut kembali mengungkap kesaksian menerima Rasul Allah, yang membawa kabar gembira dan peringatan bahwa amanat amanat yang kita telah berjanji untuk memikulnya dan kesemua amanat itu disampaikan kepada Rosulullah Saw berupa Wahyu yakni isi dan kandungan Alquran"

Di dalam Alquran Terdapat Amanat yang berupa Tugas - Tugas Keagamaan yakni beribadah kepada Allah, shalat, zakat , puasa, dan ibadah ibadah yang lain yang wajib untuk dilaksanakan serta Larangan larangan yang wajib untuk di tinggalkan.

Semoga kita bisa mengambil hikmah, bahwa Janji Kita Harus ditepati....
Semoga Allah SWT menjadikan kelurga besar Bani Moekti ini...menjadi kelurga yg selalu ingat atas janji-2 kita kepada-Nya.

Wass.wr.wb
bapak-e Rifqi

14 September 2009

Sosok Hj. Rupi'ah

MENGENAL SOSOK Hj. RUPI’AH
Jarak yang memisahkan tempat tinggal dan waktu yang membatasi kebersamaan antara Eyang Haji Mukti Putri yang nama aslinya H. Rupi’ah dengan para cucunya, membuat diantara para cucunya ada yang belum mengenal secara lebih dekat keseharian beliau. Hal ini dapat dimaklumi karena memang hampir seluruh anak dan cucunya tidak tinggal serumah dengan beliau. Sebagai cucu, buyut, canggah dan seterusnya adalah generasi pelanjut yang suka atau tidak didalam dirinya terpatri DNA beliau, karena dari rahim beliau bapak/ibu, kakek/nenek, buyut kita terlahir. Oleh karena itu, ada baiknya kita mencoba mengenang beliau sebagai media untuk mengeratkan tali silaturahmi sekaligus mengambil hikmah dan tauladan perjuangan hidup yang pernah beliau jalani. Penggalan kisah kenangan berikut ini mungkin dapat memberikan sumbangan untuk mengingat kembali sosok Hj. Rupi’ah yang kini telah mampu mengikatkan hati 105 manusia dalam keluarga besar Bani Mukti;
Kebetulan saya ditakdirkan menjadi salah satu cucu beliau yang pernah tinggal serumah dan menjadi teman tidur selama 12 tahun, kenangan tentang beliau yang saya ceritakan ini adalah pengalaman pribadi selama bersama beliau dan kini baru saya dapatkan mutiara hikmah yang ada dibalik itu. Semoga dapat disambung oleh saudara yang lain.

Berjiwa Besar

Ketika saya masih kelas 4 SD di Kenduruan sekitar tahun 1967, tempat dimana eyang Rupi tinggal banyak tumbuh pohon jambu biji. Ada banyak jenis jambu biji yang tumbuh atau ditanam penduduk kenduruan saat itu, beberapa jenis yang saya kenal antara lain: jambu krikilan yang buahnya kecil-kecil, jambu kluthuk agak besar bijinya merah, jambu gedhe yang buahnya besar dan bijinya putih, jambu sukun yang tanpa biji. Banyaknya pohon jambu yang ada disana mengundang kelelawar (codot) si binatang malam penyuka buah untuk memangsa buah-buah jambu masak dan menyebarkan bijinya kebanyak tempat. Dari ulah kelelawar inilah yang kemudian muncul semaian jambu dibanyak tempat termasuk di halaman rumah eyang Rupi.
Pernah suatu ketika, karena terdorong keinginan untuk memiliki pohon jambu sendiri, saya kecil waktu itu menanam semaian jambu di halaman depan rumah. Tumbuan ini saya pelihara mulai dari kecil hingga tumbuh dengan tinggi pohon sekitar 50 Cm. Karena banyaknya muncul semaian jambu baru dimana-mana yang tumbuh dari biji jambu yang disebarkan kelelawar, oleh orang sana biasanya dicabuti. Demikian pula eyang yang memiliki tanaman faforit berupa sirih, selalu membersihkan tanaman-tanaman pengganggu dari pohon sirihnya.
Sirih adalah tumbuhan merambat pada pohon lain yang banyak digunakan penduduk kenduruan untuk nginang (nyirih), karena hampir sebagian besar penduduk perempuan yang menginjak usia 40 tahun keatas mempunyai kebiasaan nginang. Meski sirih ini termasuk tanaman yang mudah tumbuh, tetapi tidak banyak orang mampu menanam sirih dengan kualitas baik. Eyang Rupi’ah termasuk sedikit orang yang berhasil mengembangkan tanaman sirih ini dengan baik, sebagai petilasannya sampai saat ini dirumah Kenduruan masih terdapat tumbuhan sirih yang terus berkembang dengan baik. Tanaman sirih bagi eyang Rupi ada banyak fungsi, antara lain untuk memenuhi kebutuhan nginang, pengobatan tradisional dan dijual.
Sebagaimana layaknya untuk menjaga agar tanaman tetap tumbuh dengan baik, secara rutin perlu diperhatikan kesuburan tanahnya, kelembaban dan kondisi lingkungan sekitarnya agar tidak banyak tanaman pengganggu yang tumbuh liar disekelilinggnya.
Karena itu pula, kira-kira yang kemudian eyang membersihkan tanaman pengganggu seperti rumput dan tanaman liar lainnya yang tumbuh disekitar tumbuhan sirih ini, termasuk tanaman jambu yang saya pelihara ikut dicabuti oleh eyang. Melihat tanaman jambunya dicabut, saya kecil menjadi galau hatnya. Persaan tidak terima akhirnya memunculkan dorongan untuk membalas dengan cara yang setimpal. Mengetahui yang mencabut adalah eyang Rupi, maka saya kecil tidak berpikir panjang kemudian ambi pisau dan memotong langsung pangkal pohon dari tanaman sirih yang besar itu. Tidak lama keesokan harinya tanaman kesayangan eyang sudah layu dan mati tentunya.
Hari berikutnya seperti biasanya waktu eyang merawat tanaman kesayangannya betapa kegetnya beliau melihat daun sirihnya pada layu. Selidik demi selidik ternyata kedapatan biang keladinya yakni pangkal pohon sirihnya telah terpotong. Tentu ini sangat menyakitkan, betapa tidak tanaman yang setiap hari dirawat agar tetap tumbuh dengan bagus dan subur tiba-tiba layu. Tak pelak lagi semua orang serumah dapat getahnya kemarahan eyang. Namun belakangan setelah mengathui secara pasti bahwa yang memotong saya karena tanaman jambu saya dicabut, maka justru eyang mereda amarahnya. Kalimat yang terucap dari eyang adalah: ”iyo cung embah sing salah, wong tanduran bendina dielus-elus kok idep-idep dijabut”
Dari peristiwa ini, mungkin waktu itu aku masih kecil belum memahami atas semua itu, jadinya yang ada hanya mangkel saja, tetapi setelah dewasa dan mampu memaknai akan apa yang terjadi, maka ada nilai yang dapat kita petik darinya, yakni kebesaran hati beliau.
Sebenarnya pada saat itu beliau dapat melakuakan apa saja kepada saya karena beliau mempunyai otoritas lebih besar dan yang jelas lebih kuat dari sekedar anak kelas 4 SD, tetapi tidak beliau lakukan dan justru meminta maaf.
Apabila kita maknai dengan sebetulnya didalam tindakan itu ada tauladan yang dapat kita petik antra lain:
1. bahwa tidak haram bagi mereka yang lebih kuasa untuk meminta maaf kepada orang yang ada dibawahnya, apalagi kalau memang salah;
2. mau mawas diri, bahwa orang tua atau orang yang lebih tua itu tidak selalu benar tindakannya, oleh karena itu sebaiknya selalu bersedia untuk mawas diri dan siap menerima masukan, termasuk melalui hilangnya barang yang sangat disayangi sekalipun
3. akomodatif, bahwa pada sosok beliau terggambarkan sikap yang akomodatif terhadap kepentingan komunitas disekitarnya yang memiliki keinginan serupa.

-by Pakde Wan -
-Miswan Hadi : Generasi ke-2 Bani Mukti-

31 Agustus 2009

2009 : Tahun Cobaan dr Sang Illahi


Alhamdulillah akhirnya bisa juga meluangkan waktu untuk menulis sebentar tentang kejadian di tahun ini hingga di bulan September 2009.

Tahun ini adalah tahun cobaan buat keluarga besar Bani Moekti. Hampir semua keluarga besar mengalami cobaan dari Allah SWT...semoga ini merupakan awal kenaikan kelas bagi Keluarga Besar Bani Moekti....Insya Allah.

Bermula dari masuknya pakde Fin ke RS, Eyang Roestimah (Sakit extrapontine myelinolysis (EPM) ke RS, kemudian disusul om Puthut (Istri Mbak Thien) secara mendadak mengalami pemecahan pembuluh darah di otak, kemudian disusul Audi (Putri Mbak Watik) terpaksa juga harus opname , tak lama setelah itu Mbak Watik terpaksa harus menginap di "RSB Bidan Bule Mur" karena keguguran, kemudian menyusul Budhe Rohman harus opname di RS Malang. Cobaan untuk keluarga ini ternyata tidak berhenti sampai di sini, setelah itu menyusul Om Yoyok putra ke-1 Eyang Mur yang mengalami Fitnah. Dan Alhamdulillah cobaan dari Allah SWT ini Insya Allah dapat dilalui oleh semua pelakunya dikarenakan Allah SWT memberikan petunjuk kepada kita semua utk saling mengingatkan dan membantu dalam kebenaran.

Semoga cobaan-2 ini adalah awal langkah yang baik bagi keluarga besar Bani Moekti untuk naik kelas...Insya Allah. Allah SWT akan menguji tiap-2 umatnya dengan takaran yang pas....karena memang Allah SWT PASTI tidak akan mencoba hamba-Nya di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Dan semoga kita bisa naik kelas....

Melintas dalam benakku ketika Pakde Wan mendampingi aku dikala di tinggal Ayahnda tercinta menghadap sang kholiq...hampir tiap hari beliau bawaiin pangsit mie...Bappeda...hehehe....dan selalu berucap sing sabar ya...yang kuat ...ok
Dan Eyang Muji yang selalu mengajarkan tentang dzikir dalam hati....(Tekuk Lidah dan Dzikir ya dik...itulah kata-2 yg selelu muncul saat ada disampingku)
Nah ......ini juga Cobaan....


Semoga dengan Cobaan yang tengah dihadapi keluarga besar ini membuat kita makin solid dan kuat, dan semua didasarkan kecintaan kita karena Allah SWT.
Mari kita semua maju bersama berjuang mencapai cita-cita pendahulu kita....yang sudah ditanam sejak dini..mulai dari pentingnya rasa kebersamaan..yang itu sudah sejak lama di ramu oleh pendahulu kita...
Sebut saja...terawih di rumah pakde rohman, sembelih hewan qurban, mengadakan pengajian di eyang muji.....monggo dan mari kita hidupkan kembali semangat itu hingga akhir nanti...Insya Allah.

Ya Allah SWT jadikan keluarga besar ini...suatu keluarga yang Tak Akan Lepas dari Jalan-MU

Ya Allah SWT Ampuni dosa kami, dosa pendahulu-2 kami sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami disaat kami masih kecil......

Ya Allah SWT tetapkanlah hati kami untuk tetap teguh di jalan-Mu sampai akhir hayat kami bahkan sampai di akhir hayat cucu kami kelak.....

--by : Pa-e Rif Bersaudara--

30 September 2008

Silaturahim

Suatu kata yang mungkin kadangkala sering kita lupakan. Tapi ternyata mempunyai efek domino yang cukup dasyat. Mudik mungkin salah satu bagian dari silaturahim. Bertemu Ibu. Bertemu bapak. Bertemu saudara, mas juga adik.

Bertemu mbah. Bertemu pakde. Bertemu budhe. Bertemu paklek. Bertemu bulek. Ponakan-ponakan. Sepupu-sepupu. Misan. Dll. Asyiknya bukan main.

Bagaimana rasa batin yang seperti ini diuraikan kata-kata? Bisakah? Bagi Didik Ali Mukti Hidayat, dan mungkin juga generasi Kenduruan yang lain, menguraikan yang seperti ini bukanlah pekerjaan mudah. Malah merupakan pekerjaaan yang luar biasa sulit yang tidak cukup dipikirkan tujuh hari tujuh malam. Kenapa, karena kita tidak terbiasa mengasah rasa menjadi kata-kata.

Gagasan dari Pakde Wan, dan juga semuanya, untuk terus menyambung silaturahim meskipun MBAH KAJI sudah tiada, mungkin salah satunya karena beliau sangat sadar sekali tentang “Efek domino” dari silaturahim itu sendiri.
Jauh menengok kebelakang, pada abad Ke-7, Muhammad SAW yang juga seorang "Pengusaha Tulen" itu sudah menekankan betapa pentingnya Silaturahim dalam rangka mengetahui Costumer Insight dengan menggunakan silaturahim sebagai salah satu seni dalam berdagang, yang tentu saja secara tidak langsung akan menaikkan omzet perdagangan.

Saat itu si Pengusaha Tulen tersebut yakin bahwa Silaturahim memiliki arti dan pengertian yang jauh lebih dalam ketimbang hanya sebatas hubungan bisnis saja. Hingga akhirnya Pengusaha Tulen ini menemukan suatu key bahwa dengan siltaurahim ia dapat membangun networking yang tanpa batas.

Siapa yang menduga seorang pengusaha tulen bisa menjadi seorang “Pemimpin Dunia” yang namanya terus berkibar hingga kini bahkan hingga akhir jaman kelak. Pengusaha Tulen ini sangat sadar sangat bahwa dengan “Silaturahim” beliau bisa menyebarkan agama, bisa berdagang, menyambung tali persaudaraan, menyatukan Sesutu yang terurai menjadi yang utuh, yang rusak menjadi baik bahkan menjadikan “Musuh” menjadi “Sahabat Sejati”. Efek Domino Silaturahim inilah yang akhirnya merubah seorang pengusaha tulen hingga akhirnya menjadi pemimpin dunia yang membawa suatu perubahan yang sangat cukup DASYAT di dunia ini…..

Lantas?

”sudahkah kita biasakan silaturahim di antara kita?

ya meskipun tidak bisa tiap minggu.. ya tiap bulan..

or tiap tahun.. or mungkin tiap 2 tahunan.”

Mohon maaf sebelumnya. Terkait dengan gagasan itu, saya pribadi cukup sulit mempraktekkannya. Contoh yang paling sederhana, saya juga jarang berkunjung ke rumah Pakde Wan, walau jaraknya bisa ditempuh kurang dari lima jam sembilanpuluh sembilan detik. Paling banter, yang cukup sering, adalah ke Eyang Muji, karena rumahnya dekat. Itupun juga tidak rutin.

Mohon maaf sebelumnya, mungkin ini bisa jadi bahan obrolan, bahan diskusi, bahan instropeksi, bahan apa saja agar tali-temali yang sudah diikat Mbah Kaji tak lepas, tak putus ditengah jalan. (*)

Wass.wr.wb.
--Rifqi,Rifqa--

Libur Sekolah, Antri minta Sunat


Menginjak besar setiap anak laki-laki yang beragama Islam mempunyai kewajiban untuk menjalani khitan. Pada tahun 2008 ini anak laki-laki yang sudah memasuki usia khitan di keluarga Bani Mukti ada empat yaitu adik Reyhan di Surabaya, Mas Eben di Malang, Dik Yahya di Bogor dan Dik Fiskal di Madura. Pada awalnya keempat anak ini kalau ditanya kapan sunat, jawabnya tahun depan. Namun keadaan mendadak berubah setelah dipicu oleh Dik Rifky putra om Didik yang usianya jauh lebih muda dari mereka berempat tahu-tahu sudah khitan duluan.

Kemudian berturut-turut dalam bulan Juli Fiskal sunat di Madura, Yahya sunat di Surabaya dan terakhir tanggal 11 Juli 2008 tepatnya hari Jumat, Dik Reyhan dan Mas Eben khitan bareng di RS. PHC Perak. Saat itu memang masa liburan sekolah setelah kenaikan kelas. Kok, liburannya mau berakhir baru khitan apa karena nunggu hari baik ? Tidak, semua hari kan baik, tetapi hanya karena maunya yang bersangkutan baru muncul belakangan. Sebetulnya pada awal liburan, adik Reyhan sudah ditanya oleh bapak mau sunat sekarang atau tidak? dan jawabnya tidak mau sekarang.

Mengisi liburan sekolah saya bersama teman berlibur di kota Jember, sedangkan ibu dan adik-adik ikut bapak ke Magetan karena kebetulan bapak ada kegiatan disana bahkan nginapnya di samping telaga Sarangan, jadi selama dua hari bapak mengikuti kegiatan kantor, mereka bertiga (ibu, Lala dan Reyhan) menikmati panorama telaga Sarangan nan mempesona. Karena itu pula yang menyebabkan, kami sekeluarga tidak bisa hadir dirumah Eyang Roes pada saat Dik Yahya khitan di Surabaya.

Usai berlibur, kami pulang kembali ke Surabaya dengan membawa kenangan masing-masing. Hari esoknya kami sekeluarga termasuk Reyhan berkunjung ke rumah Eyang Roes di Petemon untuk menjenguk Dik Yahya yang habis di khitan, ternyata sesampai disana Yahya sudah tidak terlihat seperti layaknya anak sunat yang memakai kostum kebesaran khas sunat, melainkan sudah mengenakan celana seperti biasanya. Kok bisa, iya karena khitannya menggunakan metoda baru yang namanya Smartklamp.

Pada saat menjenguk Yahya inilah kira-kira yang kemudian memberikan dorongan keberanian dari Dik Reyhan sehingga secara drastis terjadi perubahan keputusan dari jadwal sunat tahun depan menjadi besok pagi.

Apa komentar Dik Reyhan setelah terlanjur di khitan?

Ternyata enak ya sunat itu,

Enaknya dimana ?

Enaknya dapat uang banyak.......;)

(by : Rosyida)

Melukis Kenduruan dengan Pelangi

Dulunya hanya alas. Pohon jati, perdu-perdu berduri, dan semak-semak bercampur alang-alang hutan. Semua binatang ada disana. Yang melata, yang bersengat, yang berbisa, hingga harimau yang mengaum dan menerkam. Ini abad 21. Label “dulunya” itu sudah tidak ada lagi. Yang ada adalah ornamen Kenduruan masa kini. Rumah tembok, lantai porselin atau granit, dan genteng kelas satu yang anti bocor.

Di zaman Kaji Cilik, sebutan populer eyang kita, Eyang Mukti Mustadjab, Kenduruan masih tak lebih dari alas belantara. Disela-sela alas itu baru terhampar sawah-sawah penduduk yang luasnya tak sebanding dengan keangkeran hutannya, dan beberapa anak sungai yang airnya gampang mengering jika kemarau tiba. Sementara Sidomukti, sebagian kecil dari wilayah Kenduruan – dimana Kaji Cilik lahir dan besar – cukup menjorok ke dalam alas namun dikelilingi persawahan dengan kualitas tanah terbaik. Mampu ditanami palawija apa saja, sehingga tak pernah terdengar kabar jika penduduk Sidomukti tak bisa menanak beras.

Berada di dalam pagar hutan jati hidup, praktis penduduknya menyesuaikan keadaan. Rumahnya dari papan-papan jati. Perabotnya pun nyaris semuanya dari kayu jati. Tentu bukan sembarang jati, tetapi jati pilihan yang sudah benar-benar tua. Mereka tahu, menebang jati muda bakal tak ada gunanya karena akan mengurangi prinsip tahan lama. Prinsip keawetan. Batang Jati muda akan lekas mleyot dan lapuk. Rayap dan ngengat pun juga akan suka memakannya.

“Itu dulu. Kenduruan sekarang bukan Kenduruan yang dulu. Sudah tidak ada alas lagi. Sudah banyak yang berubah. Sudah jarang rumah-rumah dari papan. Sekarang rumah-rumah pakai tembok. Dari batu-bata dan semen. Yang asalnya papan juga dirombak, diganti tembok. Sementara papannya kemudian dijual karena harga kayu jati harganya mahal,” cerita Pakde Mus suatu ketika sembari menikmati batang-batang rokoknya. Kalau sekarang masih ada rumah dari papan-papan jati, lanjutnya, itu jumlahnya tidak banyak. Tinggal segelintir saja. Salah satunya yang awet adalah peninggalan Mbah Kaji ini.

Zaman memang selalu bergulir. Ia bergerak dengan nalurinya sendiri. Era Kaji Cilik adalah era 1900-an. Era dimana segalanya serba terbatas. Kenduruan, wilayah yang dipagari oleh rapatnya hutan belantara itu, hanya mempunyai satu jalan tembus. Ke kiri Cepu, dan ke kanan adalah Tuban. Itulah akses satu-satunya agar bisa berhubungan dengan dunia luar.

Jadi wajar jika Kenduruan masa itu tak tersentuh perubahan. Namun sungguh beruntung Kaji Cilik, meski semuanya serba terbatas, ia bisa mondar-mandir dengan leluasa di luar Kenduruan. Melihat ‘dunia baru’. Naluri dagang bawaan lahir yang membuatnya bisa demikian. Naluri itu pula yang membuat Kaji Cilik dan Istrinya, Hj Rupiah, bertahun lalu getol mengirim tujuh anaknya untuk bersekolah di luar Kenduruan. Tujuannya jelas, agar bisa melihat dunia luar dan menjadi anak zaman.

Silih berganti, kini sudah muncul generasi baru. Era 2000-an. Era baru biasanya selalu membawa nafas yang baru pula. Dan itu benar. Simak saja; akses menuju Kenduruan kini bisa dijangkau dari arah kiri, kanan, belakang dan depan. Ke kiri bisa tembus Jakarta. Ke kanan pun bisa melesat sampai Jakarta pula. Hanya dari atas yang belum bisa. Jadi tinggal pilih sarana apa yang tersedia. Naik gerobak, naik sepeda, mobil, angkutan umum dan seterusnya. Bisa semua! Itu tergantung pada selera, kesempatan, dan kemauan.

Era kemudahan ini pula yang membawa Kenduruan bergeser mengikuti zaman. Alas jati itu kini nyaris tak ada lagi. Berubah menjadi gundul. Menjadi pekarangan-pekarangan gersang yang jika kemarau tiba menghembuskan hawa sumuk dan lengas tak tertahankan. Sumur-sumur tak lagi ada yang dangkal, baru setelah berpuluh-puluh meter digali airnya baru muncul.

Siapapun tahu kayu jati menjadi komoditas mahal, barangkali itu pula yang membuat jati Kenduruan yang galih-nya sangat terkenal itu seperti berlomba-lomba dibabat. Ketika kayu hutan habis, giliran papan-papan rumah yang dilego. Harganya masih tetap mahal karena kayu jati pilihan. Maka, bergantilah rumah papan kayu menjadi tembok dari batu bata. Lalu di semen, berikutnya dicat dengan aneka warna seperti pelangi yang indah sesuai selera. Atapnya pun berganti dengan genting-genting pilihan buatan pabrik.

Jika dulunya lantai tetap tanah atau diplester biasa, kini sudah berubah menjadi bilah-bilah porselin atau granit. Pun begitu, peninggalan pasangan suami-istri Mbah Kaji, tetap saja seperti sedia kala. Tak banyak yang berubah. Rumah yang dibentuk dari papan-papan kayu itu tetap menjulang kokoh. Meski kalau diperhatikan, sekilas, rumah papan itu beberapa inci doyong ke kiri. Tapi tentu, tak membuat rumah legendaris Bani Mukti ini menjadi ambruk.

Meski tak berubah menjadi lantai granit atau juga sekokoh tembok bata, toh generasi Mukti Mustadjab tetap menjadikan rumah itu tempat paling nyaman dan aman di dunia. Memang sesekali ada rengekan bocah-bocah; kenapa panas, kenapa tidak ber-AC, kenapa tidak ada kolam renangnya, kenapa kok gelap sekali, kenapa mandinya harus antri, mengapa ke WC-nya juga antri pula, kenapa bukan WC duduk, Kenapa pakai kamar selalu rebutan, selalu disik-disikan, kenapa ada yang harus tidur di meja, di kursi, klesetan seperti ikan pindan di pasar, dll. Kenapa tidak seperti rumah kita sendiri di kota?

Toleee.. genduk.. ya itulah keistimewaan rumah ndeso ini. Ini rumah mengalahkan hotel bintang lima sekalipun. Istimewanya lagi, meski mampu mengalahkan bintang lima, tidak ada yang siap saji di sini. Semua is natural. Semua harus melayani dirinya sendiri. Semua harus “rebutan”, karena “rebutan” di rumah ndeso ini tidak ada duanya di kota. Dalam “rebutan” itu ada edukasi kebersamaan yang mungkin tidak diajarkan di sekolah-sekolah. Itu yang menyebabkan fasilitas rumah Eyang Kaji ini melebihi hotel bintang lima. Lha kalau kalah rebutan terus nesu, ngambek, yang biar ngungsi di atas genteng sana. Tidur sama tikus sambil lihat langit. Malah adem di luar seperti ada AC-nya. Nah, gampang to le.. gampang to nduk..,” bisik Mbah Kaji lamat-lamat yang tidur dalam keabadian. (widi antoro)

Kapal Kebersamaan

Baru saja kita lepas dari bulan Agung Ramadhan, yang mana di Ramadhan kemarin segala aktifitas kita lebih mudah untuk selalu bernuansa ibadah, lebih terdorong untuk bersabar, lebih mudah untuk bersyukur dan lebih mudah untuk banyak beristigfar. Pikiran, hati, mata, hidung, mulut dan bahkan seluruh anggauta tubuh kita rasanya ringan sekali untuk mengingat Allah swt.

Keadaan yang seperti itu manakala mampu kita pertahankan di sebelas bulan selain Ramadhan, maka itulah sesuatu yang bisa dan mampu mengantarkan kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar lagi yaitu;Hidayah. Hanya dengan hidayah Allah-lah semata-mata pikiran, hati, lisan, dan seluruh anggauta tubuh kita ringan untuk selalu mengingat Nya. Juga karena HidayahNya yang mampu menelorkan bagaimana kita wajib memelihara, mengembangkan dan memajukan kwalitas hidup kita. Dan itulah sebenarnya hakikat tujuan berpuasa kita, yaitu berpuasa yang mampu mendapatkan hidayahNya sehingga hidup kita semakin ringan dan mudah menjalankan perintah Allah swt.

Salah wujud kita sebagai hamba yang mampu mendayagunakan HidayahNya adalah dengan merenungi eksistensi kita sebagai manusia. Kemampuan tersebut adalah salah satu tangga mema’rifati jati diri dan kehadirannya di alam fana ini. Melalui tangga Ma’rifat itulah seseorang akan menemukan kesadaran tentang hakikat kemanusiaannya, potensinya, kualitas dasarnya, kepribadiannya dan misi dirinya yang harus ditunaikan selama hayat dikandung badan.

Dengan merenungi eksistensi diri, kita akan menemukan sebuah kenyataan bahwa diri kita adalah asalnya satu (ummatan waahidan), yaitu keturunan Nabi Adam a.s, dan karenanya harus bergaul baik dengan sesamanya, tidak ada seorang manusiapun yang mampu hidup sendirian, apalagi kalau dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, manusia satu akan tergantung dengan lainnya. Artinya, bila kita bersikap baik pada sesamanya, sama artinya dengan kita membuka kran rizqi dari Allah lebar-lebar. Bukankah selama ini rizqi kita senantiasa harus lewat tangan orang lain?. Sebaliknya, semakin mengucilkan diri dari pergaulan dengan orang lain, berarti menutup rapat pintu rizqi kita sendiri.

Dengan merenungi eksistensi diri pula, manusia dapat menemukan sebuah kesadaran bahwa di dalam dirinya melekat dua dimensi (ruhani dan jasmani), yang sekaligus memastikannya sebagai makhluq sempurna dan yang membedakan dengan makhluq-makhluq lain. Kedua dimensi itu, selain memiliki kebutuhan yang berbeda, juga saling menyempurnakan dan membentuk sebuah struktur kepribadian yang padu, yaitu kepribadian manusia.Secara lebih jauh, dengan memperhatikan dimensi-dimensi yang ada pada diri manusia dengan segala keteraturannya, kerumitannya dan kemulyaannya, dapat mengantarkan kepada keimanan dan keyakinan kepada Sang Maha Penciptanya, serta membentuk kesadaran terhadap kedudukan manusia sebagai hamba Allah.

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan pada dirimu, maka apakah kamu tidak memperhatikan ?” (Q.S. Adz- Dzariyat : 20-21).

Itulah kesadaran kemanusiaan manusia yang sepanjang hidupnya selalu menjadi motivator dan sekaligus menjadi energi kuat untuk merealisasikan tujuan dia diciptakan, yaitu menjalankan misi autentik (menjadi kholifah), dan untuk mencapai cita-citanya (sejahtera lahir batin). Kekuatan energi diri yang ada pada setiap diri itu, tidak henti-hentinya menjadi pembangkit tenaga spiritual yang bisa menggerakkan seluruh kesadarannya untuk mengoptimalkan semua potensi diri, hingga mencapai kualitas Muttaqin.

Manusia agung Muhammad Rasulullah s.a.w mengibaratkan kompak dan cerei berainya hubungan antar manusia satu dengan lainnya adalah seperti sebuah rombongan yang menaiki kapal yang sedang mengarungi samudra lautan luas. Salah satu diantara rombongan/penumpang dapat menenggelamkan semua penumpang yang ada di dalamnya, jika salah seorang tadi melubangi kapal walau sebesar paku dan penumpang lainnya membiarkannya.(H.R Bukhari).

Tentu kita tidak akan ingin menjadi orang yang akan melubangi kapal tersebut, atau kita pasti merasa terhina, malu, dan marah manakala kita dituduh sebagai orang yang melubangi. Dan tentu kitapun tidak akan tinggal diam bila di atas kapal tersebut, kita melihat salah seorang penumpang ada yang ingin melubangi kapal, karena dengan membiarkannya berarti tenggelam buat semuanya.

Kiranya tidak ada seorangpun yang harus kita tunjuk dan bertanggung jawab untuk mengawasi bocor dan tenggelamnya kapal kebersamaan. Sayangnya, kelemahan kita bersama, terlalu terkungkung oleh sekat-sekat formalitas pelayaran, tanggung jawab keselamatan hanya kita bebankan pada mereka-mereka yang ditunjuk sebagai Nahkoda kapal. Padahal tangung jawab atas keselamatan berlayarnya kapal sampai ke pulau yang dituju adalah tugas seluruh penumpang yang ada di atasnya. Bukankah prinsip tanggung jawab dan kemulyaan seseorang dihadapan Tuhan bukan ditentukan oleh status formalitas yang dia sandang, akan tetapi setiap insan mempunyai peran yang sama untuk mendapatkan kemulyaanNya.”Kalian adalah sebaik-baik umat, yang mengajak kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan mencegahnya dari kemungkaran”

Salah satu pesan yang ingin dibangun oleh Allah dan RasulNya dibalik diwajibkannya berpuasa adalah terwujudnya manusia yang mencapai derajat Muttaqin. Yaitu manusia yang mampu menggunakan semua energi potensial yang tertanam dalam dirinya hanya digunakan untuk pengabdian yang tulus kepada Allah swt, yang selanjutnya energi itu dioptimalkan untuk menuju citi-cita luhurnya, yaitu sejahtera dunia akhirat.

Seandainya kita mengikuti training satu dua hari saja, dan hasilnya belum mampu kita aplikasikan dalam kehidupan nyata, barangkali masih diaggap sebagai sesuatu tindakan yang wajar. Akan tetapi, selama Ramadhan, tiga puluh hari penuh kita mengikuti training Allah,dan hasilnya belum nampak, tentu kita harus bertanya pada hati kita masing-masing. Wa Allah a’lamu bisshawab.

by : Rosyidin Shobar

Kebersamaan itu sudah di pupuk dari dini……

Masih membekas dalam hati ini ketika...waktu itu Eyang Rohman “Membumikan” nilai kebersamaan mulai saat kami masih kanak-kanak.

Saat itu setiap Romadhon tiba, Rumah Eyang Rohman disulap bak Musholla, dimana di rumah yang penuh kenangan itu kita melakukan sholat “Terawih” secara berjam’ah....

Bukan hanya keluarga besar Mukti saja yang hadir, tetapi hampir seluruh kampung Jl.Petemon 4, Sawahan hadir di rumah kenangan itu.

Rumah yang secara tidak langsung ikut membentuk diri ini akan arti sebuah “Kebersamaan”.

Ayahku-pun teringat ketika saat itu Budhe Ida....tertidur pulas hehehehe....dan gimana Pakde Budi secara diam-diam duduk disebelah Budhe Ida yang tertidur pulas lalu berteriak Allahu Akbar.. .padahal sholat Terawih udah selesai......(Nyuwun duko Budhe...)

Tak hanya berhenti di situ...kebersamaan itu ditanamkan pada kami waktu itu, Saat Idul Adha datang, rumah Eyang Rohman disulap juga bak Musholla dimana disana dilakukan suatu “Syiar” yang cukup melegenda yaitu Ibadah Qurban......Masih teringat bagaimana Eyang Achlan Alm. waktu itu “menyembelih hewan Qurban” kemudian dilanjutkan dengan pembagian daging Qurban ke masyarakat sekitar rumah Eyang Rohman......sungguh Indahnya Kebersamaan......

Kebersamaan yang saat itu “dicetuskan” oleh Eyang Rohman mungkin memang dilakukan bukan karena kebetulan, tapi dengan penuh kesadaran bahwa....Kebersamaan ini harus dipupuk dari dini....

Secara tidak langsung akhirnya mendidik ayahku gimana sih memotong hewan Qurban itu...kata Ayah gurunya ayah sih Pakde Wan.....yang mengajarkan gimana caranya memotong hewan Qurban.......

Alhamdulillah Kebersamaan yang saat itu dicetuskan oleh “Eyang Rohman” masih terpelihara hingga sekarang...meskipun yang potong Qurban bukan Eyang Ahlan lagi...tapi Pakde wan, pakde Di yang bakar sate, Budhe Ida yang bikin Sate “Torpedo”, Budhe Novi yang masak..(Juru Masak Handal Bani Mukti), Pakde Putut yang kulitin kambing, dan mas raihan, mbak ais, mas ruzza, mbak audi, mbak lala dan semuanya ikut membagi di masyarakat sekitarnya...

Bahkan akhir-akhir ini kebersamaan ini sudah mulai menyentuh masyarakat sekitarnya untuk ikut melaksanakan ibadah Qurban.....mulai merawat hewan qurban saat datang, membersihkannya, bahkan saat proses penyembelihan dilakukan masyarakat sekitarpun ikut membantu Ibadah Qurban ini....

Sungguh Indahnya KEBERSAMAAN....Allahu Akbar

Insya Allah nilai ini akan aku bawa jika aq besar kelak......(Insya Allah)

Ya Allah SWT satukan kami dalam suatu kebersamaan yang dilandasi karena cinta kami padaMU Ya Allah......

By : Bapak-e Rifqi-a

29 September 2008

VIRUS ASYIKNYA....SEKOLAH.....!!

“Ayo Sekolah.....!” itu yang sering tercetus dari mulut si kecil INAS yang jika ditanya mau kemana? Ia selalu menjawab: “Ayo...Sekolah...!” Jika ada yang tanya sekolah di mana? Ia selalu menjawab: “Dekat Jakarta, naik sepawat (pesawat, maksudnya, maklum ia belum bisa mengucapkan kata pesawat dengan benar)” Jika ada lagi Lihat Blogyang bertanya.....”Kelas berapa?”....Ia selalu menjawab.....”Kelas sepuluh....”. he-he-he......ya begitu lah ulah si Inas yang aneh dan lucu.... Lebih lucu lagi jika ditanya, “Masuknya hari apa?”. Inas pun menjawab: “Aku masuknya hari Minggu ambek (dengan, maksdunya) hari Senin, terus Selasa, Rabu, Senin, Kamis, Senin....hari Minggu lagi” ya kok Seninnya diulang-ulang..... maklum masih belum paham hari.......

Yach... si kecil Inas yang lucu itu, hampir tiap hari mengantarku sekolah.... dan jika sampai sekolah At-Taqwa, sekolahku yang keren itu, ia selalu menyambut kami (siswa-siswi at-taqwa] di pintu gerbang sekolahku. Setelah itu, ia seakan-akan berada di sekolahnya sendiri, dan langsung menuju ke tempat selulutan [selurutan maksudnya]dan bandolan[ayunan maksudnya] sampai ia capek baru kemudian mau diajak pulang. Kadang-kadang ia minta jajan di koperasi sekolahku yang juga menjual berbagai macam makanan ringan. Kalau aku terburu-buru, aku akan membohonginya eh membujuknya dengan kata-kata: “Nas, nanti pulang sekolah,kamu tak belikan jajan kok”. Tapi, setiba di rumah, aku melihat Inas telah terlelap dengan mimpinya. Mungkin ia tengah bermimpi tak belikan jajan. Setelah bangun tidur, ia telah lupa akan janjiku padanya. Yach..... Inas sangat ingin sekali masuk sekolah bener. Pernah suatu kali ia berkata pada ibu sebelum berangkat ngantar aku sekolah, “Aku maunya sekolah beneran, masuk ke kelas, gak mainan thok....”. Subhanallah....adikku emang pinter kok.... Mendengar pertanyaan Inas, Ibu pun menjawab, “Ya, tahun depan....” Emang kok.... tahun depan Inas sekolah beneran di sekolahku.... Tahun depan ia masuk TK. Inas mengikuti jejak Rif-Q yang juga sekolah di sekolahku......, tapi ia di SD. Emang asyik kok sekolah itu...Apalagi sekolah di At-Taqwa.

Asyiknya sekolah di At-Taqwa semakin hari semakin kunikmati...... apalagi sejak aku duduk di kelas IIIB. Wah...benar-benar asyik..... Temannya asyik, ustadznya asyik, pelajarannya asyik abis.....!! Di sekolahku gak ada namanya yang membosankan itu, semuanya asyik abis!!!! So, gak pernah aku males untuk berangkat sekolah, gak pernah males untuk belajar. Tahu gak kenapa....??? ‘Cause, cara belajar di sekolahku lain dengan sekolah-sekolah pada biasanya.... Ustadz-ustadzahnya sangat kreatif, sehingga kami murid-muridnya juga ikutan kreatif dong.....Gak mau kalah dengan ustadz-ustadzahnya..... Bahkan di kelasku ada yang disebut CAHAYA PENA: ajang penulis cilik berkreatif. Karena adanya ajang itu, aku pernah lho dinobatkan jadi cerpenis cilik terbaik.....dari cerpenku yang berjudul “Hadiah yang Menyenangkan”. Wis...pokoke.....asyik abis!!! Kalau udah di sekolah maunya gak pengin pulang.... Kalau hari Sabtu sekolahku libur.... tapi Ustadz-Ustadzahnya masuk..... Lha kalau hari Sabtu, aku penginnya cepet-cepet hari Senin aja...... Asyiknya sekolah.... Andai semua juga merasakan asyiknya sekolah.....Andai semua sekolah kayak sekolahku.....

Ngomong-omomg tentang sekolah, tahun ini mas Robby lulus SD dan masuk SMP. Untuk bisa lulus dan masuk SMP tergantung dengan nilai UASBN. Alhamdulillah, mas Robby nilainya cukup bagus, 26,85. Sebetulnya sudah cukup bagus khan..... Apalagi ia dapat ranking 3 di kelasnya. Tapi ternyata setelah pengumuman, di SD-SD lain, terutama di SD Negeri yang dapat nilai di atas itu seabreg.....Nilai masku itu masuk peringkat ke 3000 lebih di Surabaya...... banyangin aja.... Wah ternyata anak-anak SD Negeri banyak yang pinter ya..... Tapi anehnya di internet nilai-nilainya pada sama semua..... masak tiap 10 sampai 15 orang di SD yang sama nilai tiap mata pelajaran sama persis...... Gak masuk akal tuh..... Aku bilang Mas.... Gak papa Mas.... yang penting jujur.... Ya, konon katanya UASBN di Surabaya bocor.... Alhamdulillah, di sekolah masku, SD Muhammadiyah 4 Pucang, menegakkan kejujuran. Walaupun itu harus dibayar mahal..... sulit cari sekolah....

Menunggu pengumuman masuk SMP adalah saat-saat yang mendebarkan bagi mas Robby.... Aku aja, sebagai adiknya ikut ndredeg...... Pertama-tama, mas Robby ikut saringan masuk melalui jalur SBI, dengan pilihan sekolah SMPN 6. Untuk menghadapi ini, privat Bahasa Inggris dengan mbak Trulley yang biasanya hanya 2x seminggu jadi tiap hari dech.... Tapi setelah pengumuman, mas Robby gagal. Kasihan dia... Padahal dari hasil test Bhs Inggris di Pusat Bahasa ITS, rata-rata Bahasa Inggrisnya 9 lho. Tapi nilai 2 mata pelajaran umunya gak ditampilkan...... Wah.... jadi penasaran tuh mas Robby.... sambil tambah pusing mau sekolah di mana...... Soalnya kalau gak lewat jalur SBI gak mungkin tuh bisa tembus SMPN 1 dan 6. Mas Robby akhirnya daftar dengan pilihan SMPN 3, SMPN 22, dan SMPN 4. Ibu dan ayah pun memberikan tawaran untuk sekolah di SMP Boording School Hidayatullah di Surabaya atau di Batu. Tapi Mas Robby gak mau, soale dia gak mau pisah ama mbok-e.... hehehe...maklum masih ngempeng....

Alhamdulillah, akhirnya mas Robby diterima di SMPN 22, enak lho sekolahnya dekat Masjid Agung..... Pada awal-awal sekolah, karena Ayah khawatir akan pelajaran agama di sekolah mas Robby.... mas Robby ditawari lagi ama ayah untuk pindah ke SMP Hidayatullah.... Tapi Mas Robby tetap gak mau.... karena di sana mondok..... Dia mau aja dipindah jika ke SMP Al-Hikmah..... Wah... ya ibukku yang protes..... (mahal soalnya....!!!) Ayah khawatit karena mas Robby sih..... ngajinya kalah ama aku.... (hehehe...Sorry mas! Gak takabur... tapi kenyataan alias narsis abis). Tapi gak mas Robby aja kok...., Ibuk kalau ngaji juga kalah ama aku, didengerin gak nyaman.... (Sorry Buk.... makanya nek ngaji jangan ngantukan...). Tapi sebenarnya mas Robby senang kok sekolah di SMPN 22. Asyik katanya.....Di sana dia aktif di club basket dan nge-band, dia jadi drummer lho! Keren dan asyik banget khan........ Semoga aja ntar pelajaran di sana juga asyik.... agar ntar waktu masuk SMA masku gak bingung walaupun yang lain pada bocor nilainya....Semoga sekolah yang lain juga asyik-asyik aja..... Asyik kegiatannya, asyik pelajarannya, dan yang penting asyik jujurnya.....!!

Bicara yang asyik-asyik, apalagi asyiknya sekolah..... ayahku yang asyik sekali jika sedang baca buku hingga menularkan virus baca ke seluruh rumah..... tahun lalu juga tertulari virus asyiknya sekolah.... Ayah tahun lalu sekolah lagi di Pasca Sarjana IAIN jurusan Tafsir Hadist. Ya, biar kalau ngajarin murid-muridnya tambah cerdas gitu lho...... Ayahku itu meskipun masih muda, murid-muridnya udah pada tua semua.... ya ada juga sih yang muda, tapi dikit.... Kebanyakan murid-muridnya seusia eyang.... Eyang Roes dan Eyang Rohman juga termasuk muridnya lho... (ya khan Eyang...??, he he he masak Ibuknya jadi muridnya..... kayak ibukku aja, kalau lagi ngaji dia jadi muridku......udah keturunan kaleeee....Hus!! ntar dijewer ama Ibuk dan Eyang!). Bicara tentang hobby ayah yang doyan baca, di keluargaku itu kalau rekreasi dan weekend seringnya ya ke toko buku..... Itu rekreasi yang paling menyenangkan dan mengasyikkan,,,,,,, khususnya buatku, anak ayah yang ketularan suka baca kayak ayah.... Mas Robby juga udah mulai ketularan suka baca buku.....kalau Ibu ya udah dari dulu suka beli buku..... kalau baca ya masih kuat aku......Ho Ho Ho.... Ya.... di rumahku harta dan barang terbanyak adalah buku...... Di ruang tamu ada rak buku, di kamar ada lemari isi buku, di bawah tangga ada lemari buku, di musholla atas juga ada rak isi buku.... Asyiknya rumah berhias buku....Apa rumah-rumah kalian juga dihiasi buku???? Tapi buku jangan sekedar dipajang di rak lho... akan lebih asyik jika dibuka dan dibaca......Asyiknya membaca buku......

Ibuku yang juga asyik jika diajak ke toko buku akhirnya juga tervirusi oleh asyiknya sekolahku...... Sejak Bu Dhe Thin jadi Doktor dan Pak Dhe Imam nyusul, ibukku sudah kebelet sekolah aja....Begitu pula waktu denger pak Dhe Budi lulus dan Bu Dhe Nur selesai sekolahnya.... Ditambah lagi waktu pak Dhe Fin dan pak Dhe Agus menyusul Eyang Muslich jadi Profesor.... Wah ibuku udach ngiler dan bermimpi di tempat duduknya (maklum, ibuku tiap duduk pasti tidur....hehehe....) Dalam ngilernya dia bermimpi: Kapan ya....dia bisa seperti itu....... Karena itu, untuk mewujudkan mimpinya saat ngiler....awal September lalu, Ibuku udah mulai ganti status, dari dosen menjadi mahasiswa..... Kata Ibuk: Biar ndang selesai kewajiban sekolahnya.....Lagian, emanng sekarang udah giliran Ibu yang sekolah.... Alhamdulillah, Ibu diterima sekolah di Unair, jadi tidak sampai meninggalkan kami di Surabaya. Wah ternyata orang-orang tua kita tuh sukanya juga sekolah.....Asyik juga mereka! Masak kita kalah ama mereka..... Ya jangan dong..... Kita harus lebih asyik.......

Berarti tahun depan, serumah pada sekolah semua......Ayah, Ibu, mas Robby, aku, dan Inas pun juga......Pasti jadwal ke toko bukuku akan lebih sering dech..... Asyiknya.......

Udahan dulu ah tebar-tebar virus asyik sekolahnya...........yag penting mulai sekarang kita harus menjadikan hidup ini lebih asyik..... asyik sholatnya, asyik ngajinya, asyik belajarnya, asyik mainannya....asyik sekolahnya, asyik baca bukunya....dan masih banyak asyik-asyik lainnya...termasuk asyiknya lebaran kita kali ini.....bisa ngumpul bareng lagi......

by : Shafa ....Dikejar deadline dari Wawa dan Om Widi,

Graha Sunan Ampel-Wiyung, 28 Ramadhan 1429 H


27 September 2008

Selamat Datang Generasi Ke-Empat Bani H. Moekti


Diawal tahun 2008 ini telah hadir seorang cowok sebagai generasi ke-lima yang pertama Keluarga H.Moekti. Siapakah seorang cowok tersebut?. Dialah yang bernama “MUHAMMAD ARYA DAFFA FIANDRA”,yang saat ini telah berumur 8,5 bulan. Cowok ini akrab dipanggil “DAFFA”. Daffa ini cicit pertama dari eyang H.Moestamir & Hj.Roekmini. Daffa pun juga cucu dari H.Ariffin & HJ.Sulistria Dewi. cowok mungil ini sebenarnya putra dari M.Chandra.A & mbak Sofie. Daffa lahir di Surabaya tepatnya tanggal 16 januari 2008 di RS.Lombok Dua Dua Surabaya. Saat ini keluarga M.Chandra.A tinggal di Jalan Jatisari Permai 7 no 32 perumahan Wisma Permai di Surabaya.(fara)

Mbakyu Kota Malang 2008

“And The Winner is….”

“Wakil II Mbakyu Kota Malang 2008…… jatuh kepada….. finalis nomor nol empat….!! Primi Puspita Ramadhania.”

Malam itu merupakan awal dari terbukanya salah satu pintu dalam hidupku, menuju hal yang sama sekali baru.

Menjadi duta pariwisata mula-mula bukanlah tujuan utama bagiku saat mendaftar Pemilihan Kakang Mbakyu Kota Malang 2008. Tujuan utamaku saat itu adalah mendapatkan jaringan sebanyak-banyaknya, terutama dari kalangan masyarakat pariwisata, untuk mensuksekan bisnis yang sedang kurintis bersama adik, yaitu bisnis merchandise kota Malang bermerk Qulo, anak dari bisnis clothingku terdahulu, Kozzy Clothing.

Aku menjalani tahapan-tahapan tes yang cukup panjang untuk masuk ke babak final. Dari awal selalu ditekankan oleh panitia bahwa mereka mencari generasi muda dengan kualitas 3B (Brain, Behavior, Beauty) pada pemilihan ini. Pada tes pertama, aku harus menjalani wawancara tentang pariwisata, pengetahuan umum, dan bahasa Inggris. Juga tes penampilan yang mengharuskan aku jalan di catwalk dengan sepatuku yang waktu itu berhak hanya 9cm. Yaa, namanya juga bukan model, jadi jalannya ya betul-betul catwalk, seperti kucing! Untungnya, mungkin nilaiku wawancara cukup menolong, atau jurinya kasihan melihat kerja kerasku berusaha jalan tanpa kepeleset di catwalk. Jadi, loloskah aku ke babak semifinal. Berbekal tari Gayuh –satu-satunya tari Malang yang aku bisa- aku melewati semifinal dan lolos ke babak final! Kali ini aku memutuskan pakai hak yang sedikit lebih rendah, supaya jangan sampai kepeleset! Kan ngisin-ngisini nanti!

Karantina merupakan saat yang luar biasa. Aku mendapatkan banyak sekali pengalaman dan ilmu yang berharga. Tentunya juga jaringan bisnis yang luar biasa luas :D Tapi, aku sempat malu pada diriku sendiri. Ternyata, sebagai orang yang mengaku Kera Ngalam, banyak sekali hal tentang Kota Malangku tercinta ini yang baru aku ketahui pada saat karantina itu. Aku jadi semakin terpacu untuk terjun dalam dunia pariwisata Kota Malang, dan memberikan pengabdianku untuk kotaku ini.

Kemenanganku membuka sebuah jalan baru bagiku. Bisnisku naik kelas. Aku bisa mengenal dekat dan menjalin kerjasama dengan berbagai aspek pariwisata di Malang Raya. Media massa juga banyak yang wawancara sehingga lumayan bisa promosi bisnis gratis. Aku pun mengemban amanah untuk menjalankan berbagai tugas dan menjadi ikon kepariwisataan Kota Malang.

Yang ajaib, kalau lagi pakai selempang, orang banyak yang ngajak foto bareng. Tapi, kalau lagi nggak pakai selempang, dilirik aja nggak! : (Primi Puspita Ramadhania)

Wah, keluarga Haji Mukti ada yang ngartis, hehehehe.
Numpang promosi,, sebentar lagi toko Qulo by Kozzy dibuka lho, isinya khusus merchandise Kota Malang!

TEKAD AYAH JADI UD TEKAD HERRY JAYA

Beberapa bulan yang lalu. Ayah berencana untuk pension dini dari kantor petro kimia gresik. Rencananya ayah ingin membuka usaha dagang elpiji 3 kg. Soalnya waktu itu elpiji 3 kg lagi ngetren loh…
Setelah berdiskusi, ibu pun menyetujuinya. Berbagai persiapan akhirnya dilakukan. Ayah membuat surat permohonan pensiun dini. Pada tanggal 1 Mei ayah resmi pensiun dari petro kimia gresik. Bersamaan dengan itu usaha dagang elpiji mulai dirintis. Tempatnya di garasi rumah depan. Ayah dibantu om edi untuk operasinal penjualannya.
Mendengar berita itu, aku sangat senang soalnya ayah ngak bakal keluar pulau lagi… he he he… enak dong bisa ngantar aku sekolah…
Setelah beberapa hari bejualan, ayah memutuskan untuk membuka conter Hp dan isi pulsa. Ayah pun memesan etalase. Setelah etalase siap maka diiisilah berbagai macam hp dan kartu pulsanya. Aku punya ide dan tak sampaikan ke ayah bagaimana kalau mbak anik ikut kerja di sini aja. Kan selam ini mbak anik juga kerja di conter gondrong cell. Ayah pun menyetujuinya. Mbak anikpun akhirnya kerja di tempat ayah…
Wih… perasaanku suangat sueneng suekali loh…. Coba Bayangkan kembali betapa hancurnya hatiku waktu dulu ditinggal mbak anik nikah… yah,,, akhirnya aku menemukan mbak anik lagi… ha ha ha…
Waktu ayah sama ibu pergi naik mobil, mereka mendengarkan radio suara Surabaya FM, saat itu ada lauching motto curah . Itu loh… aneka pembersih rumah tangga tanpa kemasan alias curah gitu loh… Ayah dan ibu pun tertarik untuk menambah usahanya di bidang ini. Akhirnya ayah dan ibu sibuk menyiapkan persiapan menjadi distributor motto.
Waktu aku pulang sekolah ternyata aku sudah melihat gallon gallon yang berisi aneka pembersih rumah tangga yang siap untuk dijual. Sejak hari itu toko ayah menjadi semakin ramai dan variatif.
Beberapa bulan kemudian, ayah berencana untuk memperbaiki rumah depan yang saat itu dijadikan tempat usaha. Oleh karena itu toko kami akhirnya pindah ke sebelah "Lorong Juice". Kata ayah kami akan menempati tempat itu kira kira 4 bulanan. Selama itu rumah lama dibongkar dan dibangun lagi menjadi bangunhan 3 lantai… Wah… aku bisa membayangkan betapa megahnya bangunan tokoku nanti. Alhamdulillah penjualan elpiji makin berkembang pesat dan rencanaya kita akan menempati toko baru itu pada bulan November nanti. Ya… semoga cepat terlaksana.. sudah tak sabar aku menantinya. (*) --aizz--

Tahun KERAMAT !


Tahun ini bisa dibilang tahun yang bersejarah bagi keluarga Agus i. Alhamdulillah.
Suprapto-Noermijati. Bagaimana tidak, berbagai hal besar terjadi secara berurutan dalam keluarga ini.
Pertama. Mohammad Rizka, anak kedua dalam keluarga ini lulus SMA dan berhasil masuk ke jurusan yang diinginkannya –Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang- melalui jalur PMDK. Jurusan ini merupakan satu-satunya jurusan yang diinginkan oleh Rizka, sehingga ia tidak tergerak sedikitpun untuk memilih jurusan-jurusan lain.

Suatu berkah luar biasa dari Allah, saat teman-teman sesama lulusan SMA bergelut dengan bimbingan belajar dan SNMPTN, Rizka sudah mendapatkan posisi yang nyaman di jurusan yang masuk kategori favorit tersebut.

Kedua, si Papa, Pak Agus Suprapto, akhirnya professor juga! Setelah proses yang cukup lama setelah perolehan gelar doktor pada tahun 1997, si Papa dikukuhkan sebagai Profesor pada Juni 2008 lalu. Kebetulan, hari tersebut berdektan dengan ulang tahun sang putra, Rizka, dan ulang tahun pernikahan Agus Suprapto-Noermijati yang ke-22. Benar-benar hari-hari yang special bagi keluarga ini.

Mengangkat analisa kegagalan, Profesor Agus berulang kali menahan laju air mata haru dalam pidato pengukuhannya. Keadaan saat itu betul-betul membuktikan iklan-iklan sekolah kejuruan yang akhir-akhir ini sering kita saksikan di televisi. Ya, Prof. Agus dulunya bersekolah di ST dan STM, dan Wakil Rektor 1 Universitas Merdeka Malang ini berhasil membuktikan bahwa stigma kurang baik dari masyarakat terhadap sekolah kejuruan tidak benar.

Semoga Prof. Agus dapat melaksanakan tugas dan amanah yang diberikan pada beliau dengan baik dan lancar. Dan tentunya semoga setelah menjadi professor, beliau tidak menjadi tipikal professor di kartun-kartun Jepang: berambut putih dan membotak. Amin.

Ketiga, si Mama, Bu Noer, telah lulus pendidikan S3 Ekonomi dari Universitas Brawijaya pada bulan Juni pula. Disertasinya lulus dengan nilai A. Bu Dosen yang satu ini berhasil lulus dalam waktu yang singkat, yaitu hanya 2 tahun saja. Bahkan IPK beliau mencapai angka 3,9 ! Suatu capaian yang sangat fantastis.

Tentunya Bu Doktor diwisuda dengan predikat cumlaude, dan mahasiswa-mahasiswanya yang kebetulan berbarengan wisuda, atau menghadiri wisuda tersebut hanya bisa bergeleng kepala dan berdecak kagum atas prestasi gemilang dosennya ini. Yang digojlog bukan Bu Noernya, malah anaknya, si Primi, yang kebetulan berkuliah di Fakultas Ekonomi juga, yang kena gojlogannya. Kata teman-teman Primi, “Aduh Prim, punya Ibuk kok pinter amat,, wah,, kalah saing IPKmu sama Ibukmu!” Dalam!!!

Setelah mencapai gelar ini, beliau berusaha mengamalkan ilmunya dengan melakukan penelitian-penelitian, mejadi staf ahli Pembantu Dekan II, dan mengabdi untuk mengajar generasi penerus bangsa. Mengutip nasehat si Mama pada anak-anaknya, ilmu itu kalau diamalkan dan dibagi tidak akan berkurang, justru semakin bertambah dan kita bisa semakin memahami ilmu tersebut, jadi jangan pelit-pelit membagi ilmu.

Keempat. Pada bulan Agustus, Primi Puspita Ramadhania, si sulung, dinobatkan sebagai Wakil II Mbakyu Kota Malang 2008 pada pemilihan duta pariwisata Kota Malang, Kakang Mbakyu Malang 2008.

Tahun ini belum berakhir, semoga cerita bahagia dan membanggakan akan terus mengalun dari putra-putri keluarga Haji Mukti. Dan semoga dalam cerita nan indah itu, putra dan putri yang membanggakan ini akan senantiasa mengingat asal mereka, sebuah keluarga sederhana di sebuah rumah hijau. Nun jauh di Dusun Sidomukti, Kenduruan, di pucuk Tuban. We do remember. (*) ----Primi----

Tahun ajaran baru, Sekolah baru!

Tahun ajaran baru, sekolah baru, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ku dan adikku, kami selesai melaksanakan ujian nasional dan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
“Alhamdulillah”, kataku dan adikku selesai melaksanakan ujian. Kami pun tidak menyia – nyiakan liburan yang kami dapat. Tapi saat yang paling menegangkan bagiku adalah saat pengumuman unas. Untuk adik unas memang tidak menegangkan karena ia sudah diterima di smp Al Hikmah sebelum unas dilaksanakan, tapi bagiku pengumuman itu sangat membuat jantungku ’Headbang’ alias deg – degan karena aku tidak mendaftar sekolah cadangan satupun, jadi aku harus bisa masuk negeri meskipun sekolahnya tidak favorit.
Waktu itu aku di masjid sekolahku, menunggu pengumuman sambil sholat dhuha, setelah selesai sholat dhuha akupun ngobrol ngobrol dengan temanku, setelah itu ustad mim datang, beliau berceramah sebentar lalu membawakan berita bahagia yaitu kami satu angkatan lulus seratus persen, mendengar berita itu kami langsung sujud sukur dengan mengucap alhamdulillah.
Setelah itu kami boleh meninggalkan masjid untuk melihat hasil nilai atau NEM masing masing. Senang sekali aku begitu melihat hasil jerih payahku seama 3 tahun yang memuaskan, aku mendapat nilai 37,45 itu artinya besar kemungkinan ku masuk SMAN 5, sma favorit di surabaya, alhamdulillah . . .
Akhirnya tahun ajaran baru dimulai, akupun melaksanakan orientasi dan akhirnya aku jadi warga smala deh , asiik... SiP! (*) by : RUZZA

Mengunjungi Peternakan Sapi Perah

Setelah bel masuk sekolah berbunyi semua teman teman berbaris untuk masuk sekolah. Aku dan teman teman rabbit langsung naik bemo nomer 3 bersama kelas 1 penguin. Tak lupa kami membawa tas sekolah. Brem…. Brem… karena bemonya ada tiga, jadi balapan deh. Eh lupa kita mau pergi ke mana tanya ust.tia dan ust. Ervi. Kita ke peternakan SAPI…………….!!!!! jawab dava , salwa, eki dari kelas penguin dan kata angga, arul, anisa, indi, firja, opik, rusdan, uzi dan aku dari kelas rabbit sambil bernyanyi. Hai.. bemo nomor 2 sudah dekat ayo kita selip… horay…kita menang. Pastinya tinggal 1 bemo lagi. Sekarang bemo nomer 1 sudah dekat.. ayo kita balap… horay kita menang. Pastinya kita duluan. Tapi…ups..Apa yang terjadi ? ha…dekat jalan trans 7. kita kesasar..dong. Waduh kita jadi ketinggalan nih..
Sesampai di sana, semua teman memakai masker. Mouww… suara sapi sapi itu mulai terdengar. Wow… sapinya banyak sekali. Kata pak sodikin ada 48 ekor sapi. Pak sodikin juga bilang kalau sapi sapi itu makannya ampas tahu, ampas jagung, dan kulit ketela. Eh Sapi sapi itu menghasilkan susu lo.. kalau diperas bisa menghasilkan susu sebanyak 20 liter tapi kalau sapi yang habis melahirkan bisa menghasilkan susu 40 liter…. Wow banyak juga ya…
Sekarang kita masuk ke kandang sapi. Hayo…teman teman kelas penguin .. siapa yang mau memeras susu sapi? Tanya pak sodikin. Aku….aku kata eki. Ups… Lo… kok ngak keluar susunya. Sekarang yang dari kelas rabbit siapa? Aku… kata audi… Ye…. Keluar susunya banyak lo…. Ayo sekarang kita instal dulu susunya, karena susunya masih ada banyak bakteri yang merugikan kata pak sodikin. Hore…. Susunya sudah jadi….tapi kita makan permen kiss dulu yuk..kata ust.Tia. Trus teman teman memberi kado pak sodikin sebagai tanda terimakasih. Pak sodikin tampak senang sekali.
Setelah itu kita semua pulang kembali ke sekolah. Terima kasih ya pak sodikin. Sekarang kita jadi tahu deh.. tentang peternakan sapi. ***by : Audi

Suka Duka Anak Rektor yang Bertugas di Pulau Madura


Sudah menginjak tahun ke-5 papaku menjadi abdi negara di Pulau Madura. Selama itu pula beliau pulang balik dari malang-madura setiap minggu, yang beliau jalani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Terkadang aku melihat juga kasian setiap senin pagi-pagi habis sholat subuh berangkat ke Madura dan pulang lagi ke Malang pas kamis tengah malam.
Yang sering, beliau di Madura sendirian kadang-kadang saja mama menemani kalau kebetulan ada acara disana. Kalau mama ikut kesana aku dan mbak Opieth harus menjaga rumah berdua. Karena memang yang ada dirumah hanya aku berdua saja. Suka dan duka yang aku alami bersama mbak opieth antara lain aku sudah sering ditinggal pergi oleh mama dan papa ke Pulau Madura. Dan selama itu juga aku mersakan suka dan duka,antara lain:
L Aku sudah sering ditinggal mama dan papaku ke Pulau Madura, sehingga harus sendirian di rumah karena mbak Opieth kalo kuliah sampai sore terkadang sampai malam.
L Aku juga pernah lhoo dititipkan ke tetangga setelah pulang sekolah karena di rumah kosong,ho8..
L lebih susah lagi kalo papa dan mama di Madura susu dirumah habis, ya terpaksa puasa gak minum susu nunggu sampai mama datang dari Madura. Yang pasti aku sekarang sudah terbiasa tidak ditunggui mama dan papa
Untuk mengisi waktu aku akhirnya ngambil les di sekolah mapun di rumah ibu guru
Selain dukanya banyak juga sukanya lhoo misalnya:
J Setiap papa akan kembali ke Pulau Madura aku dikasih TTR (Tunjangan Tunggu Rumah) ya… lumayaan dapat dipakai beli jajan kalo dirumah tidak ada orang.
L kalo sedang malas makan sering bersama mbak Opieth makan di luar tapi urunan
J Pernah lho ketika papa ada program ke luar negeri aku pernah di ajak keliling Asia.
Aku ceritakan pengalamanku ke luar negri ini ya!...
Pengalaman ini sangat berharga bagiku dan masih kuingat sampai sekarang dan takkan terlupakan. Waktu aku kelas 4 aku diajak papa dan mama ke malaysia dan ke singapore. Dan perjalanan itu ternyata bersama bapak-bapak rektor se Indonesia wah bahagia dan bangga sekali rasanya.
Sebelum berangkat ke singapore dan malaysia aku sudah tak sabar dada ini berdetak lebih kencang daripada biasanya, karena ini pengalaman pertamaku naik pesawat. Akhirnya aku izin tidak masuk sekolah selama 5 hari lamanya. Perjalanan ke Malaysia ternyata diawali ke Batam dulu. Pada waktu aku di dalam pesawat serasa deg-degan, perasaan campur aduk mulai senang, takut, dan masih banyak lagi. Dan saat pesawat mulai lepas landas aku mulai merasa tentram, senang, tapi masih ada rasa takut. Dan alhamdulillah aku sudah sampai ke Batam dengan lama perjalanan 2 jam dari surabaya. Di Batam menginap 1 hari di hotel karena para rektor ada rapat, lalu besoknya aku berangkat ke Malysia bagian timur naik kapal dengan lama perjalanan ± 1 jam.di malaysia aku sama mama dan papa jalan-jalan dan menginap 2 hari 1 malam di hotel Malaka. Lalu aku,mama,papa ke singapore.naik kapal lagi,terus menginap disana 2 hari di hotel. Perjalanan itu sangat menyenangkan melihat obyek wisata dinegeri orang. Dan berakhirlah pengalaman ku perjalanan di negeri orang. Memang perjalanan bersama ke dua orang tua itu sangat menyenangkan, tapi berpisah dengan orang tua untuk sementara karena tugas, tidak ada masalah...(fara)

LORONG JUICE KU - Bikin Hidup Makin Plooong

Eyang…bu dhe… pak dhe… om… tante… dan saudaraku semua… aku mau cerita tentang kerja baru ayah dan ibuku nih. 4 bulan yang lalu ibuku berencana membuka kafe juice. Ibu lalu diskusi sama ayah, aku dan om didik. Waktu itu ibu bingung soalnya belum tahu apa kira kira nama kafe juice itu.
Aku ngasih ide kalau nama kafenya Juice Wawa, om didik bilang juice Petemon, ibu usul juice kampong. Ih… bingung loh… banyak sekali usulnya tapi ngak ada yang “klik”. Terus akhirnya ayah punya ide yang cukup menarik. Kata ayah bagaimana kalau nama kafenya " Lorong Juice". Aha … itu ide yang sangat bagus… namanya keren loh….
Setelah semua siap, ibu dan ayah membeli gerobak, tenda dan perlengkapan alat alat jus. Misal nya: juser, blender, gelas, pisau gelas plastik sedotan dll. O iya.. Rencananya tempat jualan ada di lorong rumah eyang…
Aha… semua kini sudah siap…
Satu bulan kemudian…. Kafe lorong juice sudah siap berdiri… ih….. bagus banget loh… digerobak dipasang lampu lampu kelap-kelip, di pohon samping gerobak di pasang spanduk.
Di kafe itu kita jualan jus macem macem. Makanya namanya Jus Opo ae Onok. Selain itu kita juga jualan roti bakar dan aneka tempura, serta tak lupa mie, kopi, teh, pop ice dan minuman hangat lainnya.
Pada tanggal 30 Juni 2008 Kafe Lorong Juice resmi dibuka… Wah rame banget loh… karena pembukaannya sama melihat final euro pakai layar lebar. Acaranya sampai pagi jam 3… aku sampai tertidur pulas….
Hari-hari berikutnya aku selalu membantu ibu untuk membuka dan menyiapkan lorong juice. Kalau ayah lagi libur, ayah juga ikut bantu. Ya ia lah… kan ayah big bosnya..
Setiap hari lorong juice buka jam 4 sore sampai jam 12 malam….Aku membantu menggoreng tempura, membuat roti dan membuat mie.
O… iya kalau berjualan ibu dibantu sama temannya dulu waktu kecil namanya bu dhe Isti. Tapi sekarang bu dhenya lagi sakit jadi aku yang bantu ibu.
Sekarang setiap hari banyak loh orang datang ke rumahku… soalnya mereka mau beli jus buatan ku he he he.!… pokoknya dijamin JoSS abisss..bikin hidup makin plongg…
Eyang, bu dhe, pak dhe, om. Tante, dan semua saudaraku…. Kalau pingin merasakan bagaimana enaknya jus buatanku datang aja ke lorong juce…
Alhamdulillah juice lorong makin lama makin rame… aku berharap semoga lorong jus bisa buka cabang yang sangat banyak… he he he… biar jadi buesar… ha…ha..ha… Tapi aku sempat bingung kalau nanti jus lorong besar siapa yang ngurusi ya? Ibu kan sudah capek ngurusi satu lorong jus?
Aha…. Aku punya ide nanti kalau lorong jus besar ayah aja yang mengurusnya, Ayah kan big bosnya lorong juice, pinter lagi he he he… enak biar ayah kerja di sini. Jadi nggak jauh -jauh lagi dari aku… semoga ya..… doakan ya… amien.
By : AUDI